Kamis, 05 April 2012

Titrasi Argentometri


 
Titrasi Argentometri

 
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. J menentukan kadar zat dalam suatu larutan yangdilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yangdigunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992)Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :

1.      Titik akhir Potensiometri.

2.      Titik akhir Amperometri.

3.      Titik akhir dengan Indikator Kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit.
Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :

1.      Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.

2.      Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit. (skogg,1965).Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :

·         Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

·         Model Volhard (Penentu zat warna yang mudah larut).

·         Metode Fajans (Indikator Absorbsi).


Argentometri  Metode Mohr  

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutanstandar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion kloridamengendap maka kelebihan ion Ag+
pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi denganindikator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4.
Prosedur ini disebut sebagai titrasiargentometri dengan metode Mohr.Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
http://htmlimg1.scribdassets.com/2mzkfzwsg0111euh/images/1-5415388494.jpg
 
Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) -> Ag2CrO4
(s) (coklat kemerahan)
 (indigomorie, 2009)Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode Volhard dan Fajansdimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi ion Cl-, CN-, danBr -.
Titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan kandungan kloridadalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industrisabun, dan sebgainya.Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah titrasi dilakukandengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 7-10 disebabkan ion kromat adalah basakonjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 7 maka ion kromat akanterprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam larutanyang bersifat sangat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkanterjadinya endapan Ag2CrO4
sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapatditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersebut atau dapat jugadilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen karbonat.Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4
dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi dilakukan pada temperatur yang sama. Pengadukan / pengocokan selama larutan standar ditambahkansangat dianjurkan, karena dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat dipecah sehingga terlarutkembali.Larutan silver nitrat dan endapan perak klorida yang terbentuk harus dilindungi dari sinar matahari hal ini disebabkan perak klorida dapat terdekomposisi menurut reaksi berikut:
AgCl(s) -> Ag(s) + ½ Cl2(g)
(indigomorie, 2009)Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik equivalent titrasi klorida ditentukan dari harga KspAgCl yaitu:
[Ag+] = (Ksp AgCl)exp1/2 = 1.35 x 10-5M
(indigomorie, 2009)Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi terbentukanya endapan perak kromatadalah sebagai berikut:
[CrO42-] = Ksp / [Ag+]exp2 = 0,0066 M
(indigomorie, 2009)
 
Pada dasarnya untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka konsentrasi ion kromatsejumlah tersebut harus ditambahkan akan tetapi konsentrasi ion kromat sejumlah tersebutmenyebabkan terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada larutan analit sehinggawarna perak kromat akan susah sekali untuk diamati oleh sebab itu maka konsentrasi dibawahnilai tersebut sering digunakan.Konsekuensi dari penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan menyebebabkan semakin banyaknya ion Ag+
yang dibutuhkan agar terbentuk endapan Ag2CrO4
pada saat terjadinya titik akhir titrasi, dan hal lain yaitu tidak mudahnya pengamatan warna Ag2CrO4
diantara warna putihAgCl yang begitu banyak akan mendorong semakin besarnya jumlah Ag2CrO4
yang terbentuk.Dua hal ini akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian hasil analisis oleh sebab itudiperlukan blanko untuk mengoreksi hasil ditrasi. Blanko diperlakukan dengan metode yangsama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran analit
Prinsip :AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl-sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentukwarna merah bata dari endapan Ag2CrO4.Reaksinya:Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metodeMohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentukHCrO4-, sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4.Pada pH basa (pH > 8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida,sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutanyang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3
yang tidak bereaksi dengan Cl-
dititrasidengan larutan standar tiosianat ( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+).
Reaksinyasebagai berikut ;
 Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan denganmenggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebihkepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan


Argentometri Metode Volhard

Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion tiosianat berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung. Cara titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar perak dan cara titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida. Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan perak nitrat berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat. 

Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah. 


Ag+(aq) + SCN-(aq) ---> AgSCN (s)

Fe3+(aq) + 6SCN-(aq) ---> [Fe(SCN)6]3-

Dalam proses titrasi ini terjadi pengendapan bertingkat, yaitu pengendapan ion halida atau Cl- menjadi AgCl dan pengendapan garam AgSCN. Kedua garam tersebut dalam sistem larutan ada dalam kesetimbangan sehingga persamaan berikut dipenuhi.
Argentometri Metode Fajans 

Metode Fajans menggunakan indicator senyawa organic yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indicator yang biasa digunakan yaitu indicator adsorbs diiododimetilfluoresen dan fluoresen AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein. Metode ini disebut dengan metode Fajans. Metode ini menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna. Pada metode fajans, dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indicator adsorbs. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor (ditambahkan indicator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah :

AgNO3(aq) + NaCl(aq) ---> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna fluorescein dan adanya adsorbs indicator pada endapan AgCl. Wana zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan.